Selasa, 05 November 2013

SEBLANG, PERISTIWA ADAT BANYUWANGI


Oleh: Nurseto Bayu Aji
           
Pertunjukan seni rakyat Seblang berakhir pada pukul 23.00 WIB. Pada akhir pertunjukan tersebut dimeriahkan dengan acara saling berebut hasil bumi yang digantung di sekitaran balai desa. Masyarakat sekitar sangat antusias pada penghujung acara tersebut karena mereka meyakini bahwa dengan mendapatkan hasil bumi tersebut akan membawa berkah bagi mereka. Sambil ada yang membasuh muka dan bahkan ada yang meminum air kahuripan yang ditaruh didalam gentong gerabah. Mereka percaya bahwa dengan membasuh dan meminum air kahuripan tersebut akan membuat mereka awet muda dan penuh dengan berkah.
            Hal tersebut merupakan makna simbolik dari kehidupan masyarakat Banyuwangi yang hidup dengan kekayaan alam yang melimpah. Keadaan tanah sangat subur dan air melimpah sehingga sangat kaya dengan hasil bumi. Yang menjadi komoditi utama dari masyarakat banyuwangi adalah tanaman padi, sayuran dan buah-buahan. Hal tersebut terbukti kabupaten Banyuwangi mampu menumbang produksi padi bagi provinsi jawa timur. Selain itu dari sektor perikanan laut Banyuwangi juga sangat unggul karena letak geografisnya yang merupakan area pesisir laut. Kecamatan Muncar salah satunya yang terbukti mampu menjadi penghasil berbagai jenis biota laut berskala nasional.
            Karena melimpahnya hasil kekayaan alam masyarakat Banyuwangi, mereka juga tidak henti-henti mengucapkan dan mewujudkan rasa syukur mereka kepada alam lewat banyak acara adat salah satunya adalah bersih desa. Salah satu upacara tersebut adalah pertunjukan tari Seblang. Upacara adat Seblang dilakukan oleh masyarakat suku osing di desa Bakungan, Kecamatan Glagah. Dalam penyajian upacara Seblang terlebih dahulu diawalai dengan runtutan acara semacam arak-arakan keliling desa yang disebut ider bumi. Dalam rangkaian ini seorang tetua desa bersama masyarakat yang kebanyakan merupakan anak kecil. Ciri dari acara ini adalah lampu diseluruh desa mati yang disengaja dari pusat. Dengan keadaan desa yang begitu gelapnya rombongan arak-arakan ini membawa obor sebagai penerang jalan. Yang menjadi ciri lain dari acara ini adalah mereka berhenti di 4 sudut desa dan mengumandangkan adzan. Di sini pengaruh Islam sangat nampak sekali dengan hadirnya adzan.
            Setelah upacara ider bumi selesai dilaksanakan. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan acara pertunjukan tari seblang. Terlebih dahulu seblang dirias menggunakan bedak keseluruh tubuhnya secara merata. Sisa dari bedak seblang ini jika siapa yang memakainya dipercaya dapat membuat sipemakai akan menjadi awet muda atau terlihat tetap segar. Sambil si penari seblang dirias, dibelakang rumah rias pawang atau dukun seblang menyiapkan bakar kemenyan diatas bakaran gerabah dengan mantra-mantra khusus. Setelah itu seblang berganti busana penari. Menariknya pada kaki dan tangan kanan terdapat kelinting yang jika seblang berjalan mengeluarkan suara. Di bagian kaki terdapat empat klinting dan di bagian tangan terdapat dua kelinting. Kemudian seblang mulai dipasangkan mahkota yang konon terbuat dari kulit manusia dan hiasan terdapat kain mori putih. Kain mori putih tersebut menurut masyarakat setempat setiap tahunnya bertambah satu lembar sehingga semakin bertambah tahun akan semakin banyak. Setelah itu seblang di dekatkan dengan bakar kemenyan oleh si pawang dan ketika si pawang menjabat tangan seblang, seblang langsung menutup matanya dan saat itu seblang dipercaya telah mengalami trance. Setelah itu seblang memegang dua senjata tradisional yaitu keris yang bernama enteng dan teblong. Setelah itu seblang dituntun oleh pejabat desa yakni pak lurah dan bu lurah menuju panggung pertunjukan.
            Sementara seblang diarak menuju arena pertunjukan, dilaksanakan pula tradisi jual kembang. Yang satu buah harganya adalah seribu rupiah. Dalam tradisi jual kembang ini yang dijual adalah bunga setangkai yang dicampur dengan benih padi. Masyarakat sangat antusias dalam tradisi ini karena mereka percaya dengan membeli setangkai bunga tersebut akan mempengaruhi hasil ladang mereka. Tanah menjadi lebih subur, hasil panen lebih melimpah.
            Rangkaian acara selanjutnya adalah acara sabung ayam. Sabung ayam dilakukan oleh dua orang yang melakukan batle ayam jantan jagoan mereka. Perjudian dalam acara ini tak dapat terelakan karena dimanapun ada kegiatan sabung ayam pasti terjadi areana perjudian. Pada acara ini terlihat sekali bagaiman pengaruh kebudayaan Bali bagi masyarakat Banyuwangi. Hal tersebut dinilai sangat wajar mengingat masyarakat Banyuwangi merupakan masyarakat yang hidup dengan pengaruh atau percampuran 4 kebudayaan berbeda yakni budaya Jawa, Bali, Madura dan Islam.
            Sabung ayam selesai dan akhirnya pertunjukan tari seblang dimulai dengan seblang turun dari singgasananya dengan dipandu oleh dua orang penari laki-laki dan perempuan. Seblang mulai menari-nari, kadang pada suatu adegan ia menggendong boneka bayi sambil menari. Pada satu ketika pula seblang menggunakan selendangnya memilih dua orang anak kecil untuk dijadikan sapi-sapian seperti layaknya karapan sapi di Madura. Karapan sapi di Madura adalah nama dari perlaombaan balapan sapi yang menurut sejarahnya merupakan penemuan dari Pangeran Katandur. Madura dulunya merupakan daerarh yang tanahnya tidak subur untuk pertanian, namun hal itu berubah ketika Pangeran Katandur mulai mengenalkan cara mengolah tanah dengan menggunakan sepasang bambu yang disebut nenggala dan ditarik dengan dua ekor sapi. Sapi-sapi tersebut juga dipacu dengan seorang joki menggunakan pecut. Pada pertunjukan seblang pun juga demikian. Dua anak kecil yang diibaratkan sapi dipasangi dengan nenggala dan dipacu oleh penari laki-laki ibarat seorang joki menggunakan pecut dan diikuti oleh seblang dan penari perempuan.

            Pada setiap adegan tarian seblang diiringi dengan musik gamelan yang terdiri dari alat musik gong, kempul, kendang banyuwangi, bonang penerus, bonang barung, saron, demung dan vokal sinden. Ada banyak komposisi lagu yang dibawakan oleh ensambel musik ini diantaranya adalah seblang-seblangan, podo nonton, ugo-ugo, mancing-mancing, kembang gadung, ratu sabrang, sukma ilang, lemar-lemir, dan masih banyak komposisi yang lain. Untuk masalah irama, mereka membawakan komposisi lagu hanya menggunakan dua bentuk irama yakni irama cepat dan irama lambat. Pada irama cepat seluruh instrumen lebih identik untuk balung saja dan bonang hanya gembyang. Namun pada irama lambat yang mbalung hanya demung dan satu saron, saron satunya lagi mengembangkan balungan lebih luas dan kedua bonang kadang ikut balung dan kadang mencengkok sendiri sesuai balungan yang dibentuk. Karena untuk keperluan iringan tari maka alat musik paling menonjol pada sajian seblang adalah kendang dan vokal sinden.