Nurseto Bayu Aji
11112102
S1 – Etnomusikologi
bayu.seto07@gmail.com
A.
Pendahuluan
Gamelan adalah salah satu
ansambel musik dari indonesia yang saat ini banyak menjadi bahan pembicaraan di
kancah nasional maupun internasional, khusunya adalah gamelan jawa. Di dalam
ansambel gamelan jawa terdapat 4 taksonomi alat musik menurut fungsinya yakni
(1) ricikan garap yang terdiri dari Kendhang, gender barung, gender penerus,
rebab, dan gambang, (2) ricikan balungan terdiri dari saron barung, saron
penerus, demung, slenthem, bonang barung, dan bonang penerus (3) ricikan
struktural terdiri dari kenong, kethuk-kempyang, kempul dan gong (4) ricikan
paesan terdiri dari suling dan siter. Gamelan di dalam science memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai bahan
penelitian, wacana dan pengkajian. Pengkajian pada gamelan ini banyak dilakukan
oleh para mahasiswa dan etnomusikolog dunia. Salah satu dari focus kajiannya adalah dalam hal
organologi, seperti salah satunya proses pembuatan dari pada gamelan. Di dalam
tulisan ini akan sedikit dipaparkan bagaimana proses pembuatan salah satu
ricikan struktural pada gamelan jawa yakni gong ageng. Gong ageng adalah alat
musik berbentuk silinder dengan diameter sekitar 55 cm yang memiliki bagian
menonjol pada tengahnya yang disebut plencon.
B. Alat-alat
yang digunakan dalam membuat gong ageng
Alat-alat yang
digunakan dalam pembuatan gong ageng adalah berbagai macam benda jenis palu.
Disebutkan adalah palu tengah, palu pangarep,
palu tepong, palu laga (untuk membuat sudut) , palu mendan, palu dedegan, palu julukan
(untuk membuat plencon), palu kentengan
(palu untuk pembatas), dan palu apit.
Selain peralatan jenis palu ada juga peralatan lain seperti supit yakni alat yang berfungsi untuk
mengambil bahan dari bara api atau barang panas lain selama proses penempaan. Ada
juga cutat yang biasa di gunakan oleh
seorang panji yang berfungsi untuk membantu tugas supit. Pada saat penempaan juga digunakan alat sebuah besi seng
bertongkat dan juga kulit pohon pisang untuk menjaga kestabilan bara api saat
penempaan.
C. Proses
Pembuatan Gong
Pada
umumnya bahan untuk membuat gong adalah dari besi, kuningan, perunggu bahkan
yang baru-baru ini adalah dari alumunium. Dari bahan-bahan tersebut yang paling
baik dinilai oleh masyarakat dan para seniman untuk dijadikan gamelan adalah
yang terbuat dari bahan perunggu. Bronze
is a metal alloy produced by blending copper and tin in various amounts,
depending on the application (S.E. Smith)[1]. Seperti ungkapan smith
tersebut, campuran bahan yang utama dalam pembuatan gong ageng dari perunggu adalah
tembaga dan timah putih dengan perbandingan 10:3.
Di
dalam tempat pembutan gamelan atau disebut besalen
langkah pertama yang dilakukan seorang panji/pande
(seorang pembuat gamelan) adalah melebur bahan tembaga dan timah putih di
dalam kowi. Kowi adalah bahan tanah liat dan arang sebagai media melebur bahan
gamelan sekaligus juga sebagai campuran. Untuk pembuatan gong ageng biasanya
menggunakan 20 kg tembaga dan 6 kg timah putih serta di campur dengan rongsokan
alat musik bekas kurang lebih seberat 5 kg. Setelah bahan dasar gong di dalam kowi mencapai suhu didih tertentu
kemudian di lakukan proses jujutan yakni
proses untuk pengetesan bahan. Di dalm proses ini di ambil dua sampel bahan.
Prosesnya adalah dengan salah satu sampel di tempa hingga tipis dan di lekukan
dua kali. Setelah bahan sampel di lekukan kemudian disepuh ke dalam air. Proses
yang satu ini bertujuan untuk mengetahui kadar keuletan bahan. Untuk sampel
bahan yang lain di tempatkan pada onggokan debu dan di gosok dengan debu supaya
mencapai suhu dingin. Setelah itu bagian sampel ini di pecah menjadi dua. Salah
satu pecahannya di ambil untuk di lihat kadar kerapatan atau kasar halusnya. Jika
ternyata hasilnya bahan menjadi kasar berarti kelebihan tembaga dan kurang timah
putih. Dan jika bahan lebih halus itu berarti sebaliknya, kekurangan tembaga
dan kelebihan timah putih.
Setelah proses jujutan kemudian bahan gong ageng di
masukan kedalam penyingen yakni
sebuah tempat besar untuk membakar gong dengan diameter kurang lebih 55 cm
(sesuai ukuran gong ageng). Sebelum pencetakan terlebih dahulu penyingen di olesi dengan bahan malam
yang bertujuan untuk membuat permukaan gong yang rata dan halus. Sambil bahan
gong di panaskan juga di campurkan dengan sekam. Ini juga bertujuan untuk
membuat permukaan gong yang rata dan halus. Setelah bahan gong mulai panas
kemudian di lakukan proses penempaan. Proses penempaan ini merupakan proses
inti dari pembuatan gong. Pertama yang dilakukan dalam proses ini adalah nyeset. Proses nyeset adalah merupakan proses penempaan pada bagian tepi laker
untuk menebalkan bagian yang nanti menjadi lambe
gong dan di lakukan berulang-ulang dalam laker yang tetap dalam keadaan panas,
dalam waktu kurang lebih 30 samapi 40 detik dalam proses pengentasan dan pengapian.
Proses ini dilakukan berulang-ulang karena secara keseluruhan ini merupakan
proses pembentukan dasar gong. Setelah pola dasar gong terbentuk kemudian
dilakukan penempaan pada bagian jari-jari dengan di bakar arang secara
berulang-ulang.
Proses selanjutnya
adalah menconi yaitu proses membuat plencon pada gong. Proses ini
membutuhkan keahlian seorang pande
untuk mengambil titik awal penempaan dengan menggunakan paron berlubang
seukuran paron gong. Proses menconi juga
dilakukan berulang-ulang hingga mencapai bentuk plencon yang di inginkan. Setelah itu dilakukan proses penempaan
untuk meratakan bagian rai, rejb dan panggul. Setelah bahan perunggu
mengalami proses-proses tersebut dan terbentuk menjadi gong ageng, dilakukanlah
proses ngelem yakni proses penyepuhan
atau perendaman gong di dalam bak air yang besar. Proses ini bertujuan untuk
mendapatkan gong dengan bahan yang kuat. Sebelum masuk proses finishing, gong ageng terlebih dahulu di
tempa dengan kapak untuk membentuk garis tanda pembatas antara rai dan rejeb. Terakhir adalah proses finishing
atau dalam istilah para pembuat gamelan disebut menak dengan cara di gosok sampai berubah warna menjadi mengkilap.
Tahap terakhir dilakukan proses pelarasan untuk menentukan nada sesuai
keinginan pemesan.
terima kasih sudah share pak
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus