Jumat, 30 November 2012

PEMBUATAN GAMELAN – GONG AGENG ( ORGANOLOGI )


Nurseto Bayu Aji
11112102
S1 – Etnomusikologi
bayu.seto07@gmail.com
A.    Pendahuluan
          Gamelan adalah salah satu ansambel musik dari indonesia yang saat ini banyak menjadi bahan pembicaraan di kancah nasional maupun internasional, khusunya adalah gamelan jawa. Di dalam ansambel gamelan jawa terdapat 4 taksonomi alat musik menurut fungsinya yakni (1) ricikan garap yang terdiri dari Kendhang, gender barung, gender penerus, rebab, dan gambang, (2) ricikan balungan terdiri dari saron barung, saron penerus, demung, slenthem, bonang barung, dan bonang penerus (3) ricikan struktural terdiri dari kenong, kethuk-kempyang, kempul dan gong (4) ricikan paesan terdiri dari suling dan siter. Gamelan di dalam science memberikan kontribusi yang sangat besar sebagai bahan penelitian, wacana dan pengkajian. Pengkajian pada gamelan ini banyak dilakukan oleh para mahasiswa dan etnomusikolog dunia. Salah satu dari focus kajiannya adalah dalam hal organologi, seperti salah satunya proses pembuatan dari pada gamelan. Di dalam tulisan ini akan sedikit dipaparkan bagaimana proses pembuatan salah satu ricikan struktural pada gamelan jawa yakni gong ageng. Gong ageng adalah alat musik berbentuk silinder dengan diameter sekitar 55 cm yang memiliki bagian menonjol pada tengahnya yang disebut plencon.
B.     Alat-alat yang digunakan dalam membuat gong ageng
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan gong ageng adalah berbagai macam benda jenis palu. Disebutkan adalah palu tengah, palu pangarep, palu tepong, palu laga (untuk membuat sudut) , palu mendan, palu dedegan, palu julukan (untuk membuat plencon), palu kentengan (palu untuk pembatas), dan palu apit. Selain peralatan jenis palu ada juga peralatan lain seperti supit yakni alat yang berfungsi untuk mengambil bahan dari bara api atau barang panas lain selama proses penempaan. Ada juga cutat yang biasa di gunakan oleh seorang panji yang berfungsi untuk membantu tugas supit. Pada saat penempaan juga digunakan alat sebuah besi seng bertongkat dan juga kulit pohon pisang untuk menjaga kestabilan bara api saat penempaan.
C.    Proses Pembuatan Gong
            Pada umumnya bahan untuk membuat gong adalah dari besi, kuningan, perunggu bahkan yang baru-baru ini adalah dari alumunium. Dari bahan-bahan tersebut yang paling baik dinilai oleh masyarakat dan para seniman untuk dijadikan gamelan adalah yang terbuat dari bahan perunggu. Bronze is a metal alloy produced by blending copper and tin in various amounts, depending on the application (S.E. Smith)[1]. Seperti ungkapan smith tersebut, campuran bahan yang utama dalam pembuatan gong ageng dari perunggu adalah tembaga dan timah putih dengan perbandingan 10:3.
            Di dalam tempat pembutan gamelan atau disebut besalen langkah pertama yang dilakukan seorang panji/pande (seorang pembuat gamelan) adalah melebur bahan tembaga dan timah putih di dalam kowi. Kowi adalah bahan tanah liat dan arang sebagai media melebur bahan gamelan sekaligus juga sebagai campuran. Untuk pembuatan gong ageng biasanya menggunakan 20 kg tembaga dan 6 kg timah putih serta di campur dengan rongsokan alat musik bekas kurang lebih seberat 5 kg. Setelah bahan dasar gong di dalam kowi mencapai suhu didih tertentu kemudian di lakukan proses jujutan yakni proses untuk pengetesan bahan. Di dalm proses ini di ambil dua sampel bahan. Prosesnya adalah dengan salah satu sampel di tempa hingga tipis dan di lekukan dua kali. Setelah bahan sampel di lekukan kemudian disepuh ke dalam air. Proses yang satu ini bertujuan untuk mengetahui kadar keuletan bahan. Untuk sampel bahan yang lain di tempatkan pada onggokan debu dan di gosok dengan debu supaya mencapai suhu dingin. Setelah itu bagian sampel ini di pecah menjadi dua. Salah satu pecahannya di ambil untuk di lihat kadar kerapatan atau kasar halusnya. Jika ternyata hasilnya bahan menjadi kasar berarti kelebihan tembaga dan kurang timah putih. Dan jika bahan lebih halus itu berarti sebaliknya, kekurangan tembaga dan kelebihan timah putih.
Setelah proses jujutan kemudian bahan gong ageng di masukan kedalam penyingen yakni sebuah tempat besar untuk membakar gong dengan diameter kurang lebih 55 cm (sesuai ukuran gong ageng). Sebelum pencetakan terlebih dahulu penyingen di olesi dengan bahan malam yang bertujuan untuk membuat permukaan gong yang rata dan halus. Sambil bahan gong di panaskan juga di campurkan dengan sekam. Ini juga bertujuan untuk membuat permukaan gong yang rata dan halus. Setelah bahan gong mulai panas kemudian di lakukan proses penempaan. Proses penempaan ini merupakan proses inti dari pembuatan gong. Pertama yang dilakukan dalam proses ini adalah nyeset. Proses nyeset adalah merupakan proses penempaan pada bagian tepi laker untuk menebalkan bagian yang nanti menjadi lambe gong dan di lakukan berulang-ulang dalam laker yang tetap dalam keadaan panas, dalam waktu kurang lebih 30 samapi 40 detik dalam proses pengentasan dan pengapian. Proses ini dilakukan berulang-ulang karena secara keseluruhan ini merupakan proses pembentukan dasar gong. Setelah pola dasar gong terbentuk kemudian dilakukan penempaan pada bagian jari-jari dengan di bakar arang secara berulang-ulang.
Proses selanjutnya adalah menconi yaitu proses membuat plencon pada gong. Proses ini membutuhkan keahlian seorang pande untuk mengambil titik awal penempaan dengan menggunakan paron berlubang seukuran paron gong. Proses menconi juga dilakukan berulang-ulang hingga mencapai bentuk plencon yang di inginkan. Setelah itu dilakukan proses penempaan untuk meratakan bagian rai, rejb dan panggul. Setelah bahan perunggu mengalami proses-proses tersebut dan terbentuk menjadi gong ageng, dilakukanlah proses ngelem yakni proses penyepuhan atau perendaman gong di dalam bak air yang besar. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan gong dengan bahan yang kuat. Sebelum masuk proses finishing, gong ageng terlebih dahulu di tempa dengan kapak untuk membentuk garis tanda pembatas antara rai dan rejeb. Terakhir adalah proses finishing atau dalam istilah para pembuat gamelan disebut menak dengan cara di gosok sampai berubah warna menjadi mengkilap. Tahap terakhir  dilakukan  proses pelarasan untuk menentukan nada sesuai keinginan pemesan.



[1] www.wisegeek.com di unduh pada 2/10/2012 pukul 19:22 

2 komentar: