Allegro Sanaparane Indonesia Ethnic Music Ensemble Percussion Perform with repertoar:
Dalam bermusik, Allegro Sanaparane Indonesia
telah melahirkan beberapa karya dengan masing-masing memiliki konsep yang
berbeda-beda. Idiom utama dalam melahirkan karya adalah dengan mengadopsi
musik-musik dari karawitan jawa yang dikolaborasi dengan musik dari daerah lain
di nusantara dan seluruhnya dikemas menjadi satu kedalam bentuk musik ensambel
gamelan perkusi. Karya-karya Allegro Sanaparane Ensemble adalah:
v Gilak Gongso
Gilak Gongso merupakan karya pertama
dari Allegro yang masih menggunakan format gamelan ageng dengan ritmis perkusi.
Dengan ricikan instrument 2 saron, 2 demung, bonang barung, kendang ciblon, gender,
vocal, doll, 2 dog-dog besar, 2 dog-dog kecil, jimbe dan tom drum set. Karya
ini merupakan sebuah karya musik beralur runtut.
v Gambyong 7/8
Karya musik gambyong 7/8 merupakan awal
dari konsep Allegro yang sampai sekarang masih tetap dipakai yakni dengan
menggunakan instrument musik 2 saron, demung, 2 dog-dog, tom drum set, bass,
vokal, dan saxophone. Gambyong 7/8 merupakan sebuah karya yang diadopsi dari
repertoar iringan tari gambyong pareanom. Namun disini karya gambyong oleh
Allegro dikemas sedemikian rupa sehingga sangat berbeda dengan bentuk musik
aslinya. Karya gambyong ini juga merupakan sebuah karya yang sangat menjunjung
tinggi sebuah konsep yakni dengan sinopsis:
Gambyong merupakan sebuah nama tari
tradisi dari Surakarta dengan iringan musik khas dalam sajiannya. Tari gambyong
memiliki esensi kelembutan, keharmonisan, dan keluwesan seorang wanita.
Paradigma lain juga berpendapat gambyong menggambarkan seorang wanita yang
sedang bermacak atau berdandan. Pemaparan sifat khas kaum hawa disajikan dalam
tarian gambyong pada umumnya.
Gambyong oleh khayalan Allegro
merupakan manifestasi dari unsur sifat,
watak, pribadi lelaki yang diberikan tuhan berupa keperkasaan, kelincahan,
ketegasan, dan segala unsur pembentuk jati diri kaum adam. Dalam sajian musik
“gambyong” Allegro merupakan sebuah mimpi, khayalan, angan-angan tanpa batas
tentang esensi seorang wanita dalam tari gambyong yang di refleksikan melalui
langgam ngimpi sebagai pembuka karya. Keperkasaan, kelincahan, dan jati diri
kaum adam diperlihatkan dari output musik yang di garap secara tegas, tempo
cepat, serta ketukan yang menstimulan rasa semangat membara dalam setiap jiwa
lelaki.
v Ibu Kita Kartini
Karya ibu kita kartini merupakan karya
ke-3 dari Allegro. Karya ini sengaja dibuat untuk keperluan pentas pada acara
HUT taman Balekambang Surakarta yang menyuguhkan tema Hari Kartini. Krya ini
sebetulnya hanya merupakan potongan-potongan dari karya pertama yang di adopsi
dengan formasi musik seperti karya gambyong dan di tambah dengan melodi dari
lagu ibu kita kartini yang di ulang dan bersifat rampak perkusi.
v Metamorfosa
Karya ke-4 dan paling berhasil menurut
Allegro adalah metamorfosa ini. Metamorfosa berasala dari kata Metamorfosis
yang mempunyai arti perubahan bentuk atau susunan. Hal ini tergambar dari
instrument saron pada karya ini yang melalui masa perubahan dari sudut pandang
fungsi dan tugas nya. Fungsi dari instrument saron sendiri awalnya adalah
sebagai instrument BALUNGAN atau instrument MELODIS namun disini Allegro
mencoba merubah fungsi saron dari fungsi utamanya sebagai instrument MELODIS
menjadi instrument RITMIS bahkan sampai menjadi instrument HARMONIS.
Metamorfosa sengaja dibuat dan di
sajikan untuk pertamakalinya dalam acara Dies natalis Institut seni Indonesia
Surakarta yang ke-48. Dalam karya ini instrument saron dii ibaratkan seperti
halnya ISI Surakarta yang sudah sejak 48 tahun mengalami perkembangan dan
perubahan yang semakin maju. Yakni sejak masih berjuluk ASKI (Akademi Seni
Karawitan Indonesia) sampai dengan sekarang menjadi ISI (Institut seni
Indonesia) Surakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar