Senin, 21 Januari 2013

ALLEGRO SANAPARANE INDONESIA REPERTOAR




Allegro Sanaparane Indonesia Ethnic Music Ensemble Percussion Perform with repertoar:


Dalam bermusik, Allegro Sanaparane Indonesia telah melahirkan beberapa karya dengan masing-masing memiliki konsep yang berbeda-beda. Idiom utama dalam melahirkan karya adalah dengan mengadopsi musik-musik dari karawitan jawa yang dikolaborasi dengan musik dari daerah lain di nusantara dan seluruhnya dikemas menjadi satu kedalam bentuk musik ensambel gamelan perkusi. Karya-karya Allegro Sanaparane Ensemble adalah:

v Gilak Gongso
Gilak Gongso merupakan karya pertama dari Allegro yang masih menggunakan format gamelan ageng dengan ritmis perkusi. Dengan ricikan instrument 2 saron, 2 demung, bonang barung, kendang ciblon, gender, vocal, doll, 2 dog-dog besar, 2 dog-dog kecil, jimbe dan tom drum set. Karya ini merupakan sebuah karya musik beralur runtut.

v Gambyong 7/8
Karya musik gambyong 7/8 merupakan awal dari konsep Allegro yang sampai sekarang masih tetap dipakai yakni dengan menggunakan instrument musik 2 saron, demung, 2 dog-dog, tom drum set, bass, vokal, dan saxophone. Gambyong 7/8 merupakan sebuah karya yang diadopsi dari repertoar iringan tari gambyong pareanom. Namun disini karya gambyong oleh Allegro dikemas sedemikian rupa sehingga sangat berbeda dengan bentuk musik aslinya. Karya gambyong ini juga merupakan sebuah karya yang sangat menjunjung tinggi sebuah konsep yakni dengan sinopsis:
Gambyong merupakan sebuah nama tari tradisi dari Surakarta dengan iringan musik khas dalam sajiannya. Tari gambyong memiliki esensi kelembutan, keharmonisan, dan keluwesan seorang wanita. Paradigma lain juga berpendapat gambyong menggambarkan seorang wanita yang sedang bermacak atau berdandan. Pemaparan sifat khas kaum hawa disajikan dalam tarian gambyong pada umumnya.
          Gambyong oleh khayalan Allegro merupakan manifestasi dari unsur  sifat, watak, pribadi lelaki yang diberikan tuhan berupa keperkasaan, kelincahan, ketegasan, dan segala unsur pembentuk jati diri kaum adam. Dalam sajian musik “gambyong” Allegro merupakan sebuah mimpi, khayalan, angan-angan tanpa batas tentang esensi seorang wanita dalam tari gambyong yang di refleksikan melalui langgam ngimpi sebagai pembuka karya. Keperkasaan, kelincahan, dan jati diri kaum adam diperlihatkan dari output musik yang di garap secara tegas, tempo cepat, serta ketukan yang menstimulan rasa semangat membara dalam setiap jiwa lelaki.

v Ibu Kita Kartini
Karya ibu kita kartini merupakan karya ke-3 dari Allegro. Karya ini sengaja dibuat untuk keperluan pentas pada acara HUT taman Balekambang Surakarta yang menyuguhkan tema Hari Kartini. Krya ini sebetulnya hanya merupakan potongan-potongan dari karya pertama yang di adopsi dengan formasi musik seperti karya gambyong dan di tambah dengan melodi dari lagu ibu kita kartini yang di ulang dan bersifat rampak perkusi.

v Metamorfosa
Karya ke-4 dan paling berhasil menurut Allegro adalah metamorfosa ini. Metamorfosa berasala dari kata Metamorfosis yang mempunyai arti perubahan bentuk atau susunan. Hal ini tergambar dari instrument saron pada karya ini yang melalui masa perubahan dari sudut pandang fungsi dan tugas nya. Fungsi dari instrument saron sendiri awalnya adalah sebagai instrument BALUNGAN atau instrument MELODIS namun disini Allegro mencoba merubah fungsi saron dari fungsi utamanya sebagai instrument MELODIS menjadi instrument RITMIS bahkan sampai menjadi instrument HARMONIS.
          Metamorfosa sengaja dibuat dan di sajikan untuk pertamakalinya dalam acara Dies natalis Institut seni Indonesia Surakarta yang ke-48. Dalam karya ini instrument saron dii ibaratkan seperti halnya ISI Surakarta yang sudah sejak 48 tahun mengalami perkembangan dan perubahan yang semakin maju. Yakni sejak masih berjuluk ASKI (Akademi Seni Karawitan Indonesia) sampai dengan sekarang menjadi ISI (Institut seni Indonesia) Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar