Bulan
Juni adalah bulannya Bung Karno. Di blitar (5/6) diselenggarakan acara untuk
memperingati itu. Terutama yang berada di Istana gebang yakni sebuah acara yang
bertakjub Kongres Kerakyatan XVIII. Acara tersebut berlangsung sejak tanggal 1
juni hingga 5 juni yang menjadi puncak acara. Pada puncak acara,
diselenggarakan beberapa acara puncak dan salah satunya adalah panggung
pagelaran seni wayang kulit dengan dalang Ki Entus Susmono phd. Pangung dan
tempat pertunjukan terlihat begitu megah dan mewah walaupun diselenggarakan
dihalaman belakang dari istana gebang ini. Pertunjukan direncanakan mulai pada
pukul 20.30 WIB namun pada pelaksanaannya pertunjukan wayang baru bisa dimulai
pada pukul 23.09 WIB. Hal tersebut sebablan karena adanya faktor yang
mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah karena sempat ada bentrok dari
pihak luar yang diuduga mahasiswa, bentrok dengan panitia. Bentrok tersebut
terjadi akibat dari kesalahpahaman antara mahasiswa peserta kongres yang tidak
terima dengan hasil kongres yang sudah 5 hari dilaksanakan. Bentrok tersebut
berlangsung sampai dengan adegan lempar melempar batu yang mengakibatkan muncul
rasa ketakutan dari segenap crew dari Ki Enstus.
Ketakutan karena lemparan batu dari
para perusuh ini berlangsung sangat lama hingga menunda waktu pertunjukan
wayang. Para pemusik dan pesindhen pun memutuskan untuk turun terlebihdahulu
dari panggung untuk menghindari lemparan batu. Namun setelah insiden tersebut
pagelaran wayang kulit dari Ki Entus tetap dimulai dan antusias penonton sangat
hebat dengan banyak sekali penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir.
Pada awalnya penonton tidak diperkenankan masuk ke area pertunjukan, hanya disediakan
layar LCD besar di depan lapangan tempat parkir, namun karena permintaan
pribadi dari Ki Entus kepada panitia untuk memperbolehkan penonton masuk ke
arena pertunjukan.
Pertunjukan berlangsung sangat
meriah dengan background dari guyuran air hujan. Karena lebatnya hujan
sampai-sampai atap dari panggung pertunjukan bocor oleh air hujan. Pas di atas
dalangpun terjadi kebocoran yang mengakibatkan dalang menjadi basah kuyup.
“telese nganti tekan katok njero” ujar dari Ki Entus yang artinya basah sampai
celana dalamnya. Masalah kebocoran pada panggung pertunjukan ini tidak
sedikitpun mengurangi semangat dari Ki Entus dalam melakukan pertunjukan hingga
mempengaruhi para pengiringnya yang menjadi semakin semangat walaupun diguyur
hujan lebat.
Gema dari suara gong, kempul, gong
cina dan timpani pun menghiasai dari pertunjukan wayang Ki Entus. Apalagi
dengan seimut dari alunan melodi biola, terompet dan saxophone yang semakin
menghangatkan suasana pertunjukan. Faktor musik sangat memberikan pengaruh yang
sangat besar pada pertunjukan Ki Entus ini. Sartuan tabuhan balungan dari alat
musik Balungan dan Saron barung konsisten dengan suara rancak dan kompaknya
dari mulai patet manyura awal samapai
patet manyura akhir. Bahkan yang
terjadi pada patet nem dan patet songo saat pertunjukanpun balungan
malah semakin hebat dalam melakukan kombinasi-kombinasi nada baik secara
harmoni kempyung, gembyang maupun
secar imbal.
Tak kalah dengan alat musik
balungan, alat musik kendang pun semakin bersemangat dalam mengiringi atau
menegaskan gerakan wayang. Walaupun si pengendang pada saat pertunjukan
melakukan banyak kesalahan menurut dalang tidak tepat dengan gerakan wayang.
Namun memang sudah menjadi watak dari pengendang yang memang ndablek ia tidak terpengaruh dengan hal
tersebut untuk mengurangi semangatnya. “selama saya nderek mas entus kurang lebih 7 tahun ini, dimarahin atau dimaki saat
pementasan sudah menjadi hal biasa. Karena saya pernah dikasih tahu sama mas
entus kalau saat seperti itu dia hanya akting untuk memberikan kepuasan
tersendiri saat memaki orang pas pentas” ujar Hatmanto seorang pengendang dari
Ki Entus.
Sajian musik dan sajian cerita drama
wayang mampu menghipnotis para penonton hingga membuat mereka tercengah dan
terpaku pada saat adegan Bima dan Ibunya Dewi Kunthi dalam ceritra Banjaran
Bima. Sampai ada penonton yang menangis karena drama yang disajikan dan musik
yang mengiringi.
Pertunjukan Ki Entus di kabupaten Blitar untuk
memperingati hari Bung Karno ini dinilai cukup sukses, ujar dari salah satu
panitia. Hal tersebut dikarenakan banyak penonton yang antusias dan pesan yang
disampaikan pada saat pertunjukan dapat sampai kepada penonton sehingga terjadi
interaksi antara dalang dan penonton dengan sukses. Walaupun pertunjukan sempat
tertunda karena ulah dari para oranag-orang yang tidak bertanggung jawab ini,
kesalahan dinilai terjadi dari panitia dan peserta kongres dalam menentukan
hasil dari kongres dan kesalah fahaman yang berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar