Selasa, 08 Oktober 2013

ENTUS SUSMONO DI BLITAR

Bulan Juni adalah bulannya Bung Karno. Di blitar (5/6) diselenggarakan acara untuk memperingati itu. Terutama yang berada di Istana gebang yakni sebuah acara yang bertakjub Kongres Kerakyatan XVIII. Acara tersebut berlangsung sejak tanggal 1 juni hingga 5 juni yang menjadi puncak acara. Pada puncak acara, diselenggarakan beberapa acara puncak dan salah satunya adalah panggung pagelaran seni wayang kulit dengan dalang Ki Entus Susmono phd. Pangung dan tempat pertunjukan terlihat begitu megah dan mewah walaupun diselenggarakan dihalaman belakang dari istana gebang ini. Pertunjukan direncanakan mulai pada pukul 20.30 WIB namun pada pelaksanaannya pertunjukan wayang baru bisa dimulai pada pukul 23.09 WIB. Hal tersebut sebablan karena adanya faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah karena sempat ada bentrok dari pihak luar yang diuduga mahasiswa, bentrok dengan panitia. Bentrok tersebut terjadi akibat dari kesalahpahaman antara mahasiswa peserta kongres yang tidak terima dengan hasil kongres yang sudah 5 hari dilaksanakan. Bentrok tersebut berlangsung sampai dengan adegan lempar melempar batu yang mengakibatkan muncul rasa ketakutan dari segenap crew dari Ki Enstus.
            Ketakutan karena lemparan batu dari para perusuh ini berlangsung sangat lama hingga menunda waktu pertunjukan wayang. Para pemusik dan pesindhen pun memutuskan untuk turun terlebihdahulu dari panggung untuk menghindari lemparan batu. Namun setelah insiden tersebut pagelaran wayang kulit dari Ki Entus tetap dimulai dan antusias penonton sangat hebat dengan banyak sekali penonton yang menyaksikan pertunjukan sampai akhir. Pada awalnya penonton tidak diperkenankan masuk ke area pertunjukan, hanya disediakan layar LCD besar di depan lapangan tempat parkir, namun karena permintaan pribadi dari Ki Entus kepada panitia untuk memperbolehkan penonton masuk ke arena pertunjukan.
            Pertunjukan berlangsung sangat meriah dengan background dari guyuran air hujan. Karena lebatnya hujan sampai-sampai atap dari panggung pertunjukan bocor oleh air hujan. Pas di atas dalangpun terjadi kebocoran yang mengakibatkan dalang menjadi basah kuyup. “telese nganti tekan katok njero” ujar dari Ki Entus yang artinya basah sampai celana dalamnya. Masalah kebocoran pada panggung pertunjukan ini tidak sedikitpun mengurangi semangat dari Ki Entus dalam melakukan pertunjukan hingga mempengaruhi para pengiringnya yang menjadi semakin semangat walaupun diguyur hujan lebat.
            Gema dari suara gong, kempul, gong cina dan timpani pun menghiasai dari pertunjukan wayang Ki Entus. Apalagi dengan seimut dari alunan melodi biola, terompet dan saxophone yang semakin menghangatkan suasana pertunjukan. Faktor musik sangat memberikan pengaruh yang sangat besar pada pertunjukan Ki Entus ini. Sartuan tabuhan balungan dari alat musik Balungan dan Saron barung konsisten dengan suara rancak dan kompaknya dari mulai patet manyura awal samapai patet manyura akhir. Bahkan yang terjadi pada patet nem dan patet songo saat pertunjukanpun balungan malah semakin hebat dalam melakukan kombinasi-kombinasi nada baik secara harmoni kempyung, gembyang maupun secar imbal.
            Tak kalah dengan alat musik balungan, alat musik kendang pun semakin bersemangat dalam mengiringi atau menegaskan gerakan wayang. Walaupun si pengendang pada saat pertunjukan melakukan banyak kesalahan menurut dalang tidak tepat dengan gerakan wayang. Namun memang sudah menjadi watak dari pengendang yang memang ndablek ia tidak terpengaruh dengan hal tersebut untuk mengurangi semangatnya. “selama saya nderek mas entus kurang lebih 7 tahun ini, dimarahin atau dimaki saat pementasan sudah menjadi hal biasa. Karena saya pernah dikasih tahu sama mas entus kalau saat seperti itu dia hanya akting untuk memberikan kepuasan tersendiri saat memaki orang pas pentas” ujar Hatmanto seorang pengendang dari Ki Entus.
            Sajian musik dan sajian cerita drama wayang mampu menghipnotis para penonton hingga membuat mereka tercengah dan terpaku pada saat adegan Bima dan Ibunya Dewi Kunthi dalam ceritra Banjaran Bima. Sampai ada penonton yang menangis karena drama yang disajikan dan musik yang mengiringi.
            Pertunjukan Ki Entus di kabupaten Blitar untuk memperingati hari Bung Karno ini dinilai cukup sukses, ujar dari salah satu panitia. Hal tersebut dikarenakan banyak penonton yang antusias dan pesan yang disampaikan pada saat pertunjukan dapat sampai kepada penonton sehingga terjadi interaksi antara dalang dan penonton dengan sukses. Walaupun pertunjukan sempat tertunda karena ulah dari para oranag-orang yang tidak bertanggung jawab ini, kesalahan dinilai terjadi dari panitia dan peserta kongres dalam menentukan hasil dari kongres dan kesalah fahaman yang berkelanjutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar