KUNTULAN
Oleh:
Nurseto Bayu Aji
Di bumi blambangan ini alat musik
terbang membentuk ensambel musik yang biasa disebut kuntulan. Dalam kuntulan
terbang dibagi menjadi tiga devisi atau jenis suara guna membentuk pola
interlooking. Ketiga devisi tersebut adalah ngonteng,
ngleboni, dan nimpak. Dalam
pembagian tiga jenis devisi tersebut pola dasar terletak pada ngonteng selanjutnya ngleboni dan nimpak saling bersautan membentuk pola interlooking sendiri guna
mengisi kerampakan kuntulan. Sehingga jumlah terbang dalam kuntulan dapat
berapa saja asal kelipatan tiga. Semisal 3, 6, 9 atau 12. Nama – nama pola pada
terbang antara lain krotokan dan kendaan. Dalam kuntulan terbang tidak berdiri
sendiri namun didukung oleh alat musik lain yakni jidor, lencangan dan pantus.
Masing-masing alat musik tersebut memiliki peran tersendiri yang penting dalam
ensambel kuntulan. Lencangan perannya adalah sebagai pembantu pantus dalam
mengendalikan irama. Suara yang dihasilkan oleh lencangan sendiri berkarakter
middle high. Pantus seperti yang diterangkan berperan sebagai pamurba irama dan pengendali irama yang
menentukan jalannya sajian ensambel kuntulan. Suara yang dihasilkan dari pantus
adalah berkarakter middle low. Terakhir alat musik Jidor, pada ensambel
kuntulan peran dari jidor adalah sebagai suara yang memberatkan atau menegaskan
dimana letak titik berat ketukan berada. Biasanya hitungan berat terletak pada
ketukan keempat karena pada umumnya kuntulan menggunakan pola irama 4/4. Pada
irama 3/4 ketukan berat terletak pada ketukan ketiga.
Sahuni (50) adalah sosok yang
memiliki peran penting dalam perkembangan dan keberadaan kuntulan di Banyuwangi
bahkan di Nusantara. Sumbangan yang diberikan oleh alumni ASKI Surakarta ini
kepada seni kuntulan antara lain adalah dengan ia membentuk kelompok musik
kuntulan yang sangat unik dan inovatif. Keunikan terlihat dari kelompok
kuntulan tersebut adalah dari latar belakang masing-masing personel atau
anggota yang bermatapencaharian dikelas rendah. Ada yang berprofesi sebagai
pengumpul barang bekas, buruh panggul dan juga ada yang masih sebagai pelajar
tutur bapak sahuni. Namun ada juga diantara mereka yang merupakan alumni
Universitas Indonesia yang merupakan sarjana ekonomi. Ia juga merupakan seorang
pembuat alat-alat musik ensambel kuntulan yang berkelas satu atau terbaik
menurut bapak Sahuni. Sebut namanya Muhammad Saleh. Walaupun merupakan seorang
sarjana ekonomi namun Saleh memilih melanjutkan profesi ayahnya ini sebagai
seorang pembuat alat musik Kuntulan. Ia bergabung dengan kelompok musik
Kuntulan Bapak Sahuni ini juga dengan alasan menggantikan ayahnya yang dulu
sebagai salah satu anggota kelompok Kuntulan tersebut.
Kelompok Kuntulan bapak Kepala Desa
Singojuruh ini terbilang kelompok yang inovatif karena secara musikal ia
mencoba mengkolaborasikan kuntulan dengan alat musik tradisi yang lain seperti
ada kendang banyuwangi, kendang bali, ceng-ceng, ketuk, gong-kempul, katir dan
kluthuk. Secara aransemen musik yang digarap bapak kades ini pula lebih
mementingkan konsep seperti pada karya-karya nya yang sudah terkenal. Ujar
Bapak Sahuni ide garap yang muncul dalam ia menciptakan musik beridium dari
gambaran suasana alam seperti bunyi-bunyian dari satwa, udara, air yang
dikorelasikan dengan alat musik pilihannya.
Sesuai ide garap yang diusung oleh
komposer seorang kades ini, sajian musik kuntulan bersifat fase atau dibagi
dalam beberapa bagian. Ada yang namanya bagian terbang atau instrumen kuntulan
murni. Pada fase ini yang bermain adalah semua terbang, pantus, lencangan,
jidor dan ketuk. Bagian lain adalah dimainkan dengan semua pemain terbang
berganti instrumen ketuk yang dimainkan dengan pola interlooking mirip pola
terbang dibantu dengan gong-kempul, kendang bali dan ketuk biasa. Bagian lain
juga terjadi semacam pola rampak kendang yang dimainkan oleh 3 pemain kendang
banyuwangi yang membentuk pola rampak dan jalinan interlooking tertentu. Dalam
fase ini didukung oleh alat musik terbang sebagai penghentak ritme dan kadang
sebagai pemangku ritmenya, juga
dibantu alat musik gong-kempul, dan ketuk biasa. Pada dasarnya yang diutamakan
pada permainan kuntulan ini adalah bagaimana jalinan interlooking yang dibentuk
oleh para pemainnya karena juga terjadi jalinan interlooking lagi pada fase
kotir dan kluthuk yang dimainkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar